Kewirausahanoleh K.H. Abdullah Gymnastiar
Hal yang sangat patut  direnungkan oleh umat Islam, dan ini menjadi kendala bagi kemajuan umat adalah  faktor leadership (kepemimpinan) dan kemampuan manajemen. Dampaknya pun jelas,  dengan dua titik lemah ini potensi yang banyak tidak terbaca, tidak tergali  secara maksimal, dan tidak bisa dikembangkan menjadi sebuah sinergi yang  memiliki dampak besar bagi kemajuan umat. Kelemahan leadership dan  manajerial ini ternyata dapat kita telusuri dengan mengamati bagaimana pemahaman  umat tentang sifat Rasulullah SAW. Diantara titik-titik yang kurang tersentuh  secara maksimal adalah bagaimana umat Islam mempelajari masa muda Rasulullah SAW  sebelum menjadi nabi.
 
Dari beberapa literatur  yang didapat, betapa jiwa entrepreneurship Rasulullah di bidang wirausaha begitu  mendominasi, sehingga beliau berkembang menjadi seorang pemimpin yang memiliki  jiwa entrepreneur, dan keterampilan manajemen yang baik untuk mengelola sebuah  dakwah, sebuah sistem yang bertata nilai kemuliaan Al Islam.
 
Pada waktu Rasulullah  masih kecil, beliau sudah mempunyai sebuah proyek untuk menjaga kehormatan harga  dirinya agar tidak menjadi beban bagi kehidupan ekonomi pamannya, Abu Thalib,  yang memang tidak tergolong kaya. Beliau mendapat upah dari menggembalakan  beberapa ekor kambing miliki orang lain, yang secara otomatis mengurangi biaya  hidup yang harus ditanggung oleh pamannya ini.
 
Pada usia 12 tahuan,  sebuah usia yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan dagang ke Syiria  bersama Abu Thalib. Beliau tumbuh dewasa di bawah asuhan pamannya ini dan  belajar mengenai bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika menjelang dewasa dan  menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta memiliki keluarga besar  yang harus diberi nafkah, Rasulullah mulai berdagang sendiri di kota  Mekkah.
 
Bisnisnya diawalai dengan  sebuah perdagangan taraf kecil dan pribadi, yaitu dengan membeli barang dari  satu pasar dan menjualnya kepada orang lain. Aktivitas bisnis lainnya dengan  sejumlah orang di kota Mekkah pun dilakukan. Dengan demikian ternyata Rasulullah  telah melakukan aktivitas bisnis jauh sebelum beliau bermitra dengan Khadijah.  Dan inilah yang membuahkan pengalaman yang tak ternilai harganya dalam  mengembangkan jiwa kewirausahaan pada diri Rasulullah.
 
Ciri yang sangat khas dari  aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah waktu itu adalah beliau sangat  terkenal karena kejujurannya dan sangat amanah dalam memegang janji. Sehingga  tidak ada satupun orang yang berinteraksi dengan beliau kecuali mndapat kepuasan  yang luar biasa. Dan ini merupakan sebuah nuansa dengan pesona tersendiri bagi  warga Jazirah Arab. apalagi kemuliaan akhlaknya seakan menebarkan pesona indah  kepribadiannya.
 
Pun ketika beliau tidak  memiliki uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau banyak menerima modal  dari orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka,  dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang  yang mereka miliki berdasarkan kerjasama. Tiada lain karena sejak kecil  Rasulullah telah dikenal oleh penduduk Mekkah sangat rajin dan penuh percaya  diri. Dikenal pula oleh kejujuran dan integritasnya dibidang apapun yang  dilakukannya. Tak berlebihan bila penduduk Mekkah memanggilnya dengan sebutan  Shiddiq (jujur) dan Amin (terpercaya).
 
Salah seorang pemiliki  modal itu adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri beliau, yang menawarkan  suatu kemitraan berdasarkan sistem bagi hasil (profit sharing). Dan,  subhanallaah, kecakapan Rasulullah dalam berbisnis telah mendatangkan  keuntungan, dan tidak satupun jenis bisnis yang ditanganinya mendapat kerugian.  Selama bermita dengan Khadijah inilah Rasulullah telah melakukan perjalanan  dagang ke pusat bisnis di Habasyah (Ethiopia) dan Yaman. Beliau pun empat kali  memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syria dan Jorash.
 
Diantara hal yang terus  menerus harus kita teladani dari Rasulullah dalam interaksi bisnisnya adalah  beliau sangat menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan, dan kemuliannya dalam  proses interaksi bisnisnya ini. Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas  perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu  mejaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap transaksi yang  beliau dapatkan, maka kemuliaannya justru semakin menjulang tinggi. Semakin  dihormati, semakin disegani dan ini menjadi aset tak ternilai harganya yang  mendatangkan kepercayaan dari para pemilik modal.
 
Dengan kata lain, modal  terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau  ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun, ternyata jiwa entrepreneur ini harus  dikembangkan sejak awal. Pembangunan harga diri, pembangunan etos kerja,  pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur yang terbukti teruji dan  sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini ditanamkan, dilatih sejak  awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat bermutu tinggi dan ini menjadi  bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau kesuksesan mengemban amanah jenis  apapun.
 
Dan yang paling perlu  digaris bawahi, Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak  untuk memupuk kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan  kemuliaan bisnisnya dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk  didistribusikan ke sebanyak umat. Sehingga kesuksesannya mampu membawa banyak  dampak positif, yaitu kesuksesan dan kesejahteraan bagi umat yang lainnya. Dan  inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW begitu  monumenatal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki  yang diperolehnya.
 
Semoga kita semua mampu  merenungi kejujuran diri, amanah, dan kegigihan dalam menjaga kehormatan harga  diri kita selaku umat Islam.***